Langsung ke konten utama

Flashback masa kecil #1


Entahlah dilema. Tersadar. Atau terlalu “terimo” (read: “terima” or menerima).

Aku tidak merasa seperti itu, tapi kalau dirasa-rasa benar juga ucapannya.

Mungkin aku hanya belum paham, rasanya aku tidak pernah lebih tidak paham dari saat ini. Bahkan tulisan inipun menjadi saksi bisu bahwa ada yang ingin kukatakan, tapi aku pun bingung harus dari mana dan apa itu.

“Tidak punya teman dekat. “ kalimat yang masih hangat di telingaku, setidaknya hingga malam ini.

******

      Rasanya  benar, entah sudah berapa lama aku belum menemukan teman dekat penggantiku dari yang di SMA dulu. Atau lebih jauh lagi, masa ke”jaya”anku saat SD di Kalimantan Selatan tepatnya Banjarmasin, punya banyak teman dekat, that’s the true close friends, not friends that caused of not having choice to be not close to them (bener ga ya please aku tahu skor toeflku tidak sebaik kalian hahahaha). Rasanya dulu hampir tiap weekend temanku berkunjung atau aku berkunjung ke rumah mereka, ya satu per satu. Bahkan rasanya hampir semuanya pernah kukunjungi atau mereka mengunjungi rumahku.

*******

       Ya waktu itu masih SD, aku memang sangat bahagia. Hahaha ingin rasanya memutar roda waktu. Hahaha benar, ya benar, tiap weekend ada teman sekolahku yang bermain ke rumah. Dan tiap sore hari aku bermain dengan teman satu kompleks. So happyyy hahaha. Bahkan ketika pulang sekolah dan masih di sekolah, pasti aku mengajak teman-temanku bermain petak umpet, uuuuuu senangnya hahahaha, karena dulu aku terkadang curang karena bersembunyi di deretan anak-anak di perpustakaan yang sedang baca buku, hahaha curang banget ga sih masuk ruangan ngumpetnya dan itu so close ke tempat yang jaganya, jadi gampang nyentuh temboknya atau gampang mematai yang jaga dengan ngintip-ngintip dari jendela perpustakaan dan secara logika  yakali nyari temen yang main petak umpet sampai ke perpus segala, so unthoughtable (?) (read: ga kepikiran lah ya) hahahaha.

       Permainan lainnya itu aku suka muter-muterin taman gitu alasnya pakai kaos kaki doang bareng teman-teman sambil nyanyi gitu, kayak ular naga tapi versi upgradenya hahahaha apa sih. Terus suatu ketika temenku bilang, “awas ada kaki seribu”, dan beberapa putaran kemudian temenku bilang, “loh kaki seribunya udah hilang”, dan itu ternyata di kaos kakiku hahahaha.

       Yang lain lagi, suka juga bareng teman-teman ada satu orang yang ditutup matanya, diputar-putar sampai hilang keseimbangan dan kacau acuan arah geraknya kemudian dia harus nangkap temannya serta menyebutkan siapa nama teman yang ditangkapnya dengan benar, kalau salah berarti dia yang bakal ditutup matanya dan mulai nangkepin lagi. Nah buat nentuin yang awal siapa yang ditutup matanya biasanya gambreng, dan waktu itu aku yang kena. Dengan baik hatinya sahabatku mau gantiin posisiku jadi dia yang ditutup matanya. Terus waktu dia ngejar teman-temannya, aku yang ketangkep, dia bisa aja bahkan bisa banget nyebutin namaku, tapi karena dia tau itu aku jadinya malah dilepasin, padahal kalau dia nyebutin langsung aku deh yang ditutup matanya. Dan aku ? yasudah terima saja, karena aku merasa sangat sulit nangkap sambil ditutup matanya dan menyebutkan nama temanku dengan benar, hahaha terimakasih S*t* R*hm*h, one of my best friends in elementary school.

       Dan banyak lagi deh cerita-cerita seru waktu di SDIT Ukhuw*h Banjarmasin hahaha, belum lagi guru-gurunya yang belum bisa kuceritakan di part ini hahaha.

********

       Sampai nggak kerasa aku udah 4 tahun aja di sana, udah kelas 5, ya aku dulunya siswa pindahan dari Bandung waktu kelas 1 dulu. Dan sekarang (read: kelas 6) saatnya aku harus pindah ke Bandung, lagi. Ikut ayah, karena kerjaan kantornya, oke well.

********

       Di situ aku benar-benar merasa kehilangan, kangeeen banget rasanya. Sampai-sampai entah mungkin kalau kata orang zaman sekarang bakal berkata “ah masa sih gitu amat, lebay lu” jika aku bilang tiap kali aku tidur aku selalu bermimpi aku masih di Banjarmasin dan bersama mereka. Ya setidaknya dalam ingatanku itu benar-benar terjadi selama hampir satu tahun lamanya. Jangankan waktu ga sadar (read: mimpi or tidur) waktu sadar aja aku selalu berandai-andai kampung halaman (read: tempat kelahiran) ku adalah Banjarmasin, bukan Bandung, karena keinginanku bertemu dengan sahabat-sahabatku itu. Bahkan, saking aku kangennya dengan mereka, saat aku berjalan-jalan ke toko grosir B*rma yang mana di setiap wilayah pasti suasananya hampir sama, aku selalu ingin menepuk pipiku dan terbangun dari tidur kemudian berada di kamarku, di Banjarmasin.

*********

       Ya, aku sedih, sangaat sedih, berpisah dengan mereka, entah sudah di mana mereka sekarang. Entah mungkin mereka sudah lupa masa itu atau belum, kalaupun mereka ingat, entah mereka masih mengenaliku atau tidak.


(to be continued)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Template Kreatif - Wallpaper Desktop Gratis

Setelah sekian lama tidak ada progress-nya, coba aktif kembali deh. Kali ini menyajikan beberapa template yang bisa digunakan untuk background desktop kalian,  It's free to be saved  :D Silahkan untuk memberi kritik dan masukan. keyword: wallpaper, desktop background, background desktop.

Bapak Penjual Cukuran Kumis

  Ibarat kentut mau keluar, kalo ditahan sakit. Dikeluarin takut bau. Jadi aku cerita di sini, semoga tidak ada “bau”nya dan lega rasanya, hehe.   Tadi siang selepas dari kantor, aku berhenti sejenak pada sebuah masjid favoritku di sudut jalan pahlawan. Aku ambil spot teras masjid dekat pintu masuk wanita, bersandar pada dindingnya yang putih, lantas meraih tasku. Baru saja kubuka HP ini dan memeriksa notifikasi di Whatsapp, ada seorang Bapak usia 40-45 tahun yang menghampiriku. Jujur, agak kaget dan takut, beliau agak berdebu. Tapi beliau cukup sopan, dan beliau menawarkan jualannya, pencukur kumis yang dibandrol dengan harga Rp. 5.000 per piece. Dengan harga yang menunjukkan keseriusan dia mencari rezeki halal, aku pun memberikan uang lebih untuk 1 piece. Lantas dia bertanya tempat tinggal, aktivitas, usia, keluarga hingga nomor HP-ku. “Bu, boleh minta nomor HPnya?” To be honest, ini cukup random dan membingungkan, “Buat apa pak nomor HP?” Beliau bilang “Ya, kalo d...

Renungan Di Sela Liburan

Melalui Waktu atau Dilalui Waktu?                Akhirnya otak dan hati ini mulai berontak. Jari jemari dingin mulai meraih dan membuka bongkahan tipis cover notebook. Entah mungkin sudah sekitar tiga hari keseharianku tidak jauh dari si gembul. Kucing gemuk yang ditinggal anak dan istrinya. Walau ibuku selalu bilang “itu bukan istri dan anak-anaknya.” Makan, tidur, main hape, tiduran, ya sesekali mandi (maksudnya sehari mandi sekali, please aku nggak sejorok itu), sholat karena memang kewajiban, bantu-bantu ibu kalau “teteh” (panggilan untuk ibu separuh baya yang membantu membersihkan rumah, mencuci baju, dan pekerjaan rumah tangga lainnya) sedang tidak masuk.       Kalau dibilang gabut, iya. Kalau dibilang ga ada kerjaan, nggak. Ada tugas yang kubuat dan dibuat orang lain untuk mengisi liburanku, tapi belum kukerjakan. Deadline itu bisa bikin kita bekerja dibawah tekanan. Alibi basi, bullshit dan busu...