Entahlah dilema. Tersadar. Atau terlalu “terimo” (read: “terima”
or menerima).
Aku tidak merasa seperti itu, tapi kalau dirasa-rasa benar
juga ucapannya.
Mungkin aku hanya belum paham, rasanya aku tidak pernah
lebih tidak paham dari saat ini. Bahkan tulisan inipun menjadi saksi bisu bahwa
ada yang ingin kukatakan, tapi aku pun bingung harus dari mana dan apa itu.
“Tidak punya teman dekat. “ kalimat yang masih hangat di
telingaku, setidaknya hingga malam ini.
******
Rasanya benar, entah sudah
berapa lama aku belum menemukan teman dekat penggantiku dari yang di SMA dulu.
Atau lebih jauh lagi, masa ke”jaya”anku saat SD di Kalimantan Selatan tepatnya
Banjarmasin, punya banyak teman dekat, that’s the true close friends, not
friends that caused of not having choice to be not close to them (bener ga ya
please aku tahu skor toeflku tidak sebaik kalian hahahaha). Rasanya dulu hampir
tiap weekend temanku berkunjung atau aku berkunjung ke rumah mereka, ya satu
per satu. Bahkan rasanya hampir semuanya pernah kukunjungi atau mereka
mengunjungi rumahku.
*******
Ya waktu itu masih SD, aku memang sangat bahagia. Hahaha ingin
rasanya memutar roda waktu. Hahaha benar, ya benar, tiap weekend ada teman
sekolahku yang bermain ke rumah. Dan tiap sore hari aku bermain dengan teman
satu kompleks. So happyyy hahaha. Bahkan ketika pulang sekolah dan masih di
sekolah, pasti aku mengajak teman-temanku bermain petak umpet, uuuuuu senangnya
hahahaha, karena dulu aku terkadang curang karena bersembunyi di deretan
anak-anak di perpustakaan yang sedang baca buku, hahaha curang banget ga sih
masuk ruangan ngumpetnya dan itu so close ke tempat yang jaganya, jadi gampang
nyentuh temboknya atau gampang mematai yang jaga dengan ngintip-ngintip dari
jendela perpustakaan dan secara logika yakali nyari temen yang main petak umpet
sampai ke perpus segala, so unthoughtable (?) (read: ga kepikiran lah ya) hahahaha.
Permainan lainnya itu aku suka muter-muterin taman gitu alasnya
pakai kaos kaki doang bareng teman-teman sambil nyanyi gitu, kayak ular naga
tapi versi upgradenya hahahaha apa sih. Terus suatu ketika temenku bilang, “awas
ada kaki seribu”, dan beberapa putaran kemudian temenku bilang, “loh kaki
seribunya udah hilang”, dan itu ternyata di kaos kakiku hahahaha.
Yang lain lagi, suka juga bareng teman-teman ada satu orang
yang ditutup matanya, diputar-putar sampai hilang keseimbangan dan kacau acuan
arah geraknya kemudian dia harus nangkap temannya serta menyebutkan siapa nama
teman yang ditangkapnya dengan benar, kalau salah berarti dia yang bakal
ditutup matanya dan mulai nangkepin lagi. Nah buat nentuin yang awal siapa yang
ditutup matanya biasanya gambreng,
dan waktu itu aku yang kena. Dengan baik hatinya sahabatku mau gantiin posisiku
jadi dia yang ditutup matanya. Terus waktu dia ngejar teman-temannya, aku yang
ketangkep, dia bisa aja bahkan bisa banget nyebutin namaku, tapi karena dia tau
itu aku jadinya malah dilepasin, padahal kalau dia nyebutin langsung aku deh
yang ditutup matanya. Dan aku ? yasudah terima saja, karena aku merasa sangat
sulit nangkap sambil ditutup matanya dan menyebutkan nama temanku dengan benar,
hahaha terimakasih S*t* R*hm*h, one of my best friends in elementary school.
Dan banyak lagi deh cerita-cerita seru waktu di SDIT Ukhuw*h
Banjarmasin hahaha, belum lagi guru-gurunya yang belum bisa kuceritakan di part
ini hahaha.
********
Sampai nggak kerasa aku udah 4 tahun aja di sana, udah kelas
5, ya aku dulunya siswa pindahan dari Bandung waktu kelas 1 dulu. Dan sekarang (read:
kelas 6) saatnya aku harus pindah ke Bandung, lagi. Ikut ayah, karena kerjaan
kantornya, oke well.
********
Di situ aku benar-benar merasa kehilangan, kangeeen banget
rasanya. Sampai-sampai entah mungkin kalau kata orang zaman sekarang bakal
berkata “ah masa sih gitu amat, lebay lu” jika aku bilang tiap kali aku tidur
aku selalu bermimpi aku masih di Banjarmasin dan bersama mereka. Ya setidaknya dalam
ingatanku itu benar-benar terjadi selama hampir satu tahun lamanya. Jangankan
waktu ga sadar (read: mimpi or tidur) waktu sadar aja aku selalu berandai-andai
kampung halaman (read: tempat kelahiran) ku adalah Banjarmasin, bukan Bandung,
karena keinginanku bertemu dengan sahabat-sahabatku itu. Bahkan, saking aku
kangennya dengan mereka, saat aku berjalan-jalan ke toko grosir B*rma yang mana
di setiap wilayah pasti suasananya hampir sama, aku selalu ingin menepuk pipiku
dan terbangun dari tidur kemudian berada di kamarku, di Banjarmasin.
*********
Ya, aku sedih, sangaat sedih, berpisah dengan mereka, entah
sudah di mana mereka sekarang. Entah mungkin mereka sudah lupa masa itu atau
belum, kalaupun mereka ingat, entah mereka masih mengenaliku atau tidak.
(to be continued)
mana lanjutannya :)
BalasHapusih so sweet :)) makasih udah datang :))
Hapus